Oleh: Ali Akbar Hasibuan
siapa yang tak mengikuti
perkembangan zaman, maka bersiaplah dengan kematian”. Handphone sekarang sudah
menjadi kebutuhan primer bagi setiap individu, tanpa terkecuali mahasiswa.
Bermacam fitur-fitur menarik yang ditawarkan oleh produsen, seolah menjadi daya
tarik tersendiri bagi masyarakat. Hampir setiap hari, berbagai jenis handphone
keluaran terbaru dengan keunggulan yang berbeda-beda silih berganti mengisi
pasar Indonesia. Dengan mereguk kocek yang tidak dalam kita sudah dapat
memiliki barang canggih ini. Kecanggihan fiturpun menjadi ukuran dalam
penilaian konsumen, karena fitur-fitur tersebut sudah menjadi kebutuhan yang
tak terpisahkan dalam kehidupan manusia moderen. Seperti halnya
fitur untuk mengirim pesan atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘SMS’.
Sekarang orang tidak perlu lagi repot-repot untuk mengirim surat, karena fitur
ini telah dapat mengantikannya. Tapi apa jadinya bila hasil dari produk moderen
ini disalah gunakan, seperti dalam suasana perkuliahan. Seorang mahasiswa yang
tidak mengikuti perkuliahan akan dengan mudah meminta kepada temannya agar
persensinya diisikan, dengan berbagai alasan, seperti kesetiakawanan maka
perilaku kotor inipun dijalankan. Karena pada dasarnya persensi kehadiran itu
digilirkan kepada para mahasiswa, entah karena apa, dosen seolah malas untuk
mengabsen mahasiswanya satu persatu.
Sebenarnya, kesalahan ini
bukanlah sepenuhnya terletak pada mahasiswa saja, dosen juga turut andil, karena
ibarat pepatah mengatakan bahwa kejahatan itu terlaksana apabila ada
kesempatan. Setidaknya ada tiga cara yang dapat dilakukan dosen untuk
meminimalisir kejahatan ini.
Pertama, dosen harus mengabsensi satu persatu mahasiswanya sendiri, bukan
menggilirkan persensi kepada para mahasiswa. Karena apabila ini dilakukan,
mahasiswa akan dengan mudahnya mengisi sendiri absen temannya yang tidak hadir,
karena disini para mahasiswa secara tidak langsung diberi keleluawasaan untuk
melakukan kejahatan tersebut.
Kedua, dosen harus mengenali mahasiswanya dan tidak apatis terhadap
mahasiswa. Karena apabila sudah kenal, maka dosen dengan mudah untuk menandai
mana mahasiswa yang tidak mengikuti perkuliahan.
Ketiga, perkuliahan
haruslah dibuat semenarik mungkin. Karena pada dasarnya mahasiswa yang tidak
hadir itu dikarenakan kebosanan saat mengikuti perkuliahan. Suara dosen yang
lemah gemulai seolah membuat para mahasiswa untuk buru-buru minggat dari
ruangan perkuliahan. Bukankah dosen memiliki tanggungan amanah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa?
Keikhlasan Sang Dosen
Dosen
memiliki banyak mahasiswa. Mungkin alasan ini dapat diterima oleh akal fikiran,
tapi dalam konteks ‘pengajar’ bagaimanapun kondinya, dosen haruslah tetap
mengupayakan pembelajaran yang maksimal, dibutuhkan keihklasan sang dosen dalam
mengajar mahasiswa-mahasiswa yang nantinya akan menempati posisi-posisi
strategis dalam struktur negara. Tidak tau apa jadinya, apabila ruangan
perkuliahan menjadi sesuatu yang membosankan, bukan menjadi sesuatu yang
mengairahkan dalam menimba ilmu untuk pencerdasan kehidupan bangsa dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
beri masukan sobat, komentar anda merupakan motivasi bagi saya untuk lebih baik lagi.