24 April 2013

Menjadi Ikhwan Indonesia

Oleh: Ali Akbar Hasibuan
Pada bulan maret 1928 seorang anak tukang jam bernama Hassan al-Banna dan beberapa tokoh lainnya seperti Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi mendirikan sebuah jamaah yang diberi nama Ikhwanul Muslimin. Dimana sebelum jamaah ini berdiri, Imam Syahid Hassan al-Banna sudah terlebih dahulu melakukan dakwahnya dari warung ke warung. Sejauh perkembangannya, jamaah ini bisa dikategorikan sebagai suatu jamaah yang paling cepat melesat dan paling populer dikalangan pergerakan. Terakhir pada tahun 2012, jamaah yang didirikan di kota Ismailiyah (Mesir) ini sudah menyebar keseluruh dunia dan tak kurang dari 70 puluh negara yang telah mengadopsi pergerakan ini. Seperti Turki, Malaysia, Indonesia dan banyak lainnya.

21 April 2013

Tragedi Boston, Siapapun Berpeluang

Oleh: Ali Akbar Hasibuan
Belakangan ini, ledakan bom selalu diidentikkan dengan muslim. Jika terjadi sebuah ledakan khsusunya bom semua mata dunia pasti tertuju pada satu titik yakni ‘muslim’. Seperti ledakan bom yang baru–baru ini terjadi pada acara perlombaan maraton yang digelar di boston, 15 April 2013. Bom yang meledak pada acara yang pertama kali digelar pada tahun 1897 ini, telah memakan korban sebanyak tiga orang dinyatakan meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka yang serius.
Tidak lama setelah kejadian yang mengharukan itu, hujatan kepada satu pihakpun yakni khususnya Islam, sangat masif dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki bukti yang kongkret. Sebagaimana yang dilansir oleh Al Arabiya pada hari selasa 14 April 2013, seorang kolumnis garis keras yakni Erik Rush (kontributor fox news) Melalui akun twitternya telah menulis “Ayo bawa terus orang Saudi tanpa ada melakukan pemeriksaan”. Ketika pengguna twitter lain bertanya kenapa dia menyalahkan umat muslim, Rush malah menjawab dengan kasar bahwa umat Muslim harus dienyahkan dari muka bumi.

7 April 2013

Berfikir Adil, Bukan Kerdil

Oleh: Ali Akbar Hasibuan
“Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalgi dalam perbuatan” (Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia). Sudah 15 tahun organisasi mahasiswa bernama KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) ikut andil dalam sejarah perjalanan republik Indonesia,  organisasi yang lahir dari pertemuan FSLDK ini, secara perlahan sudah berani menunjukkan eksistensinya dijagat kemahasiswaan. Terlihat dari mengguritanya organisasi ini lahir diberbagai kampus, baik yang negeri maupun swasta.
Pertumbuhan secara masif  ini memang harus diapresiasi, apa lagi dengan adanya beberapa tokoh yang sudah ‘mencuat’ kepublik, yang lahir dari rahim KAMMI, seperti Fahri Hamzah (Anggota DPR RI, ketua KAMMI 1998 ), Andi Rahmat (Anggota DPR RI, ketua KAMMI 2000), Hanta Yuda (pengamat politik, KAMMI UGM), padahal untuk ukuran sebuah organisasi KAMMI terbilang masih ‘remaja’. Berbeda dengan organisasi seperti HMI, PMII, GMKI, PMKRI yang telah lebih dahulu memproklamirkan diri sebagai sebuah organisasi mahasiswa. Tapi pertumbuhan ini, seharusnya menjadi bahan bacaan bagi orang-orang yang berada distruktur KAMMI, untuk memperbaiki pemikiran para kader, sehingga kader menjadi orang yang berpengaruh dikomunistasnya (Non-KAMMI). Menurut saya ada beberapa yang harus dikritisi atau diperbaiki pada pemikiran ‘segelintir’ kader KAMMI.

6 April 2013

Pemuda dan Kedaulatan Bangsa

Oleh: Ali Akbar Hasibuan

"Para pemimpin muda memiliki energi dan gagasan yang kita perlukan untuk mengubah dunia kita....”  (Ban Ki-moon dalam acara ECOSOC, Rabu 27/03/2013)
Berbicara tentang pemuda pastilah tiada habis-habisnya. Pemuda sebagai amunisi yang siap berkorban bagi bangsa merupakan sebuah hal yang lumrah dalam konteks ke-kinian. Pemuda akan selalu membersamai perjalanan sebuah bangsa. Karena dalam hakikatnya kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh kemapanan para pemudanya. Baik dari sisi intelektual, ekonomi, kontributif, loyalitas dan spritual.
Dahulu pada zaman pra-kemerdekaan berjuta pemuda turun untuk melawan kolonialisme Belanda maupun jepang. Hanya sebuah kata yang ingin diteriakkan yaitu kemerdekaan. Kemerdekaan yang harus ditebus dengan darah dan nyawa. Begitu pedih penderitaan dikala itu, seperti halnya Tan Malaka yang terusir dari Negeri sendiri, hanya karena ingin membela nasib buruh dan menghancurkan kapitalisme kaum feodal. Dimana kala itu para kompeni-kompeni Belanda bagai kanibal baru dengan pabrik gulanya. Tan Malaka, Soekarno, Natsir, dan banyak pemuda-pemuda lainnya yang tidak tercatat oleh sejarah, pastilah memiliki pengalaman pribadi dengan cita rasa yang berbeda dalam meneriakkan kemerdekaan. Lalu, Bagaimana dengan kondisi para pemuda Indonesia saat ini?