Oleh: Ali Akbar Hasibuan
Belakangan ini, ledakan bom selalu diidentikkan dengan
muslim. Jika terjadi sebuah ledakan khsusunya bom semua mata dunia pasti tertuju
pada satu titik yakni ‘muslim’. Seperti ledakan bom yang baru–baru ini terjadi
pada acara perlombaan maraton yang digelar di boston, 15 April 2013. Bom yang
meledak pada acara yang pertama kali digelar pada tahun 1897 ini, telah memakan
korban sebanyak tiga orang dinyatakan meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami
luka-luka yang serius.
Tidak lama setelah kejadian yang mengharukan itu, hujatan
kepada satu pihakpun yakni khususnya Islam, sangat masif dilakukan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki bukti yang kongkret.
Sebagaimana yang dilansir oleh Al Arabiya pada hari selasa 14 April 2013, seorang
kolumnis garis keras yakni Erik Rush (kontributor fox news) Melalui akun
twitternya telah menulis “Ayo bawa terus orang Saudi tanpa ada melakukan
pemeriksaan”. Ketika pengguna twitter lain bertanya kenapa dia menyalahkan umat
muslim, Rush malah menjawab dengan
kasar bahwa umat Muslim harus dienyahkan dari muka bumi.
Entah apa yang ada dalam pikiran orang-orang yang menuduh
secara satu pihak itu, yang jelas jika dilihat dari sisi kejadian sangat aneh
rasanya jika yang melakukan itu adalah orang yang mengatasnamakan perintah
langit. Karena untuk alasan apapun prilaku biadab seperti itu tidak bisa
dibenarkan, terutama dalam ajaran agama samawi. Dan perlu diingat bahwa setiap
orang tanpa terkecuali rakyat ‘Amerika’ sendiripun berpeluang untuk melakukan
penyerangan itu, terlepas dari berbagai alasan apapun.
Jika dilihat secara historis,
masih segar rasanya dalam ingatan kita mengenai prilaku sadisme yang
dilakukan oleh warga Amerika sendiri. Seperti penembakan yang dilakukan oleh James Holmes, 20 juli 2012. Yang menembaki penonton bioskop di Aurora Colorado
hingga 12 orang tewas dan 58 orang terluka. Insiden itu terjadi ketika
penayangan perdana The Dark Knight Rises. Tidak
hanya berhenti pada itu saja, lagi pada tahun yang sama yakni 14 desember 2012, rakyat Amerika kembali
diguncang oleh senjata api. kali ini penembakan itu terjadi di sebuah Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, yang
memakan korban sebanyak 26 orang dinyatakan meninggal dunia dan 20 diantaranya
adalah anak-anak.
Bagaikan seorang cowboy seperti di film-film Hollywood, penembakan demi penembakan
sangat sering rasanya kita dengar terjadi dinegeri paman sam ini. Jadi jika melihat
realitas ini semua segmen masyarakat berpotensi untuk melakukan prilaku biadab
seperti pemboman di boston itu, tanpa terkecuali penganut agama manapun.
Terlepas dari prilaku-prilaku yang tidak
bermoral itu (baik pemboman maupun penembakan) Jika berbicara tentang prilaku
sadisme, penembakan di bioskop dan di sekolah itu lebih sadis dari pada
pemboman di Boston maraton. Sepeti yang dilansir oleh media-media, pemboman di
Boston hanya memakan tiga orang korban yang meninggal dunia, sangat sedikit apabila
dibandingkan dengan tragedi penembakan yang masing-masing mencapai lebih dari
sepuluh orang yang meninggal dunia. Sekali lagi perlu diperjelas, bahwa segenap
lapisan masyarkat memiliki peluang untuk melakukan prilaku sadisme bahkan warga
Amerika sendiri.
Menurut laporan dua lembaga kesehatan
terkemuka, Amerika merupakan negara yang memiliki tingkat kematian tidak wajar
tertinggi di dunia. Seperti yang dilansir oleh News pada tanggal 10 januari 2013 yang mengatakan bahwa negara
Amerika Serikat memiliki 6 orang dari 100.000 penduduk yang meninggal dunia
akibat dari prilaku kekerasan.
Kembali ketopik awal, tidak bijak rasanya
jika seseorang menuduh dengan sembarangan satu pihak tanpa mempunyai
bukti-bukti yang jelas. Apatah lagi kejadian ini bisa menimbulkan berbagai
malapetaka baru. Karena bisa jadi kelompok yang dituduh tidak merasa nyaman dan
justru melakukan perbuatan-perbuatan yang justru merugikan Amerika sendiri.
Karen telah jelas bukti dilapangan, bahwa pihak yang bertanggung jawab belum
bisa memastikan siapa pelaku dari pemboman di Boston itu. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Obama, bahwa “kami masih belum tahu siapa yang melakukan ini dan
mengapa, orang seharusnya tidak mennyimpulkan sebelum kami tahu semua
faktanya”.
Bahkan taliban pakistan sendiri yang dianggap
sebagai musuh yang paling keras melawan Amerika, Melalui jubirnya Ehsanullah Ehsan, seperti yang dikutip oleh
Asiaone, menolak keterlibatan mereka dalam penyerangan itu. Jadi seperti kata
Obama bahwa seharusnya orang lain tidak menyimpulkan sendiri siapa pelakunya,
tanpa memiliki bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan. Karena tuduhan
yang tidak dapat dibuktikan merupakan fitnah belaka. Dan fitnah merupakan
pencemaran nama baik yang hukumannya diatur dalam peraturan-peraturan sebuah
negara. Lebih baik seharusnya semua pihak saling menahan diri untuk tidak
menuduh satu kelompok manapun dalam penyerangan ini, biarlah pihak-pihak yang
bertanggung jawab untuk menyelesaikan dan mencari siapa pelakunya. Karena itu
sudah menjadi tugas yang sudah diamanahkan masyarakat kepada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
beri masukan sobat, komentar anda merupakan motivasi bagi saya untuk lebih baik lagi.