21 April 2013

Tragedi Boston, Siapapun Berpeluang

Oleh: Ali Akbar Hasibuan
Belakangan ini, ledakan bom selalu diidentikkan dengan muslim. Jika terjadi sebuah ledakan khsusunya bom semua mata dunia pasti tertuju pada satu titik yakni ‘muslim’. Seperti ledakan bom yang baru–baru ini terjadi pada acara perlombaan maraton yang digelar di boston, 15 April 2013. Bom yang meledak pada acara yang pertama kali digelar pada tahun 1897 ini, telah memakan korban sebanyak tiga orang dinyatakan meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka yang serius.
Tidak lama setelah kejadian yang mengharukan itu, hujatan kepada satu pihakpun yakni khususnya Islam, sangat masif dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki bukti yang kongkret. Sebagaimana yang dilansir oleh Al Arabiya pada hari selasa 14 April 2013, seorang kolumnis garis keras yakni Erik Rush (kontributor fox news) Melalui akun twitternya telah menulis “Ayo bawa terus orang Saudi tanpa ada melakukan pemeriksaan”. Ketika pengguna twitter lain bertanya kenapa dia menyalahkan umat muslim, Rush malah menjawab dengan kasar bahwa umat Muslim harus dienyahkan dari muka bumi.

Entah apa yang ada dalam pikiran orang-orang yang menuduh secara satu pihak itu, yang jelas jika dilihat dari sisi kejadian sangat aneh rasanya jika yang melakukan itu adalah orang yang mengatasnamakan perintah langit. Karena untuk alasan apapun prilaku biadab seperti itu tidak bisa dibenarkan, terutama dalam ajaran agama samawi. Dan perlu diingat bahwa setiap orang tanpa terkecuali rakyat ‘Amerika’ sendiripun berpeluang untuk melakukan penyerangan itu, terlepas dari berbagai alasan apapun.
Jika dilihat secara historis, masih segar rasanya dalam ingatan kita mengenai prilaku sadisme yang dilakukan oleh warga Amerika sendiri. Seperti penembakan yang dilakukan oleh James Holmes, 20 juli 2012. Yang menembaki penonton bioskop di Aurora Colorado hingga 12 orang tewas dan 58 orang terluka. Insiden itu terjadi ketika penayangan perdana The Dark Knight Rises. Tidak hanya berhenti pada itu saja, lagi pada tahun yang sama yakni 14 desember 2012, rakyat Amerika kembali diguncang oleh senjata api. kali ini penembakan itu terjadi di sebuah Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, yang memakan korban sebanyak 26 orang dinyatakan meninggal dunia dan 20 diantaranya adalah anak-anak.
Bagaikan seorang cowboy seperti di film-film Hollywood, penembakan demi penembakan sangat sering rasanya kita dengar terjadi dinegeri paman sam ini. Jadi jika melihat realitas ini semua segmen masyarakat berpotensi untuk melakukan prilaku biadab seperti pemboman di boston itu, tanpa terkecuali penganut agama manapun.
Terlepas dari prilaku-prilaku yang tidak bermoral itu (baik pemboman maupun penembakan) Jika berbicara tentang prilaku sadisme, penembakan di bioskop dan di sekolah itu lebih sadis dari pada pemboman di Boston maraton. Sepeti yang dilansir oleh media-media, pemboman di Boston hanya memakan tiga orang korban yang meninggal dunia, sangat sedikit apabila dibandingkan dengan tragedi penembakan yang masing-masing mencapai lebih dari sepuluh orang yang meninggal dunia. Sekali lagi perlu diperjelas, bahwa segenap lapisan masyarkat memiliki peluang untuk melakukan prilaku sadisme bahkan warga Amerika sendiri.
Menurut laporan dua lembaga kesehatan terkemuka, Amerika merupakan negara yang memiliki tingkat kematian tidak wajar tertinggi di dunia. Seperti yang dilansir oleh News pada tanggal 10 januari 2013 yang mengatakan bahwa negara Amerika Serikat memiliki 6 orang dari 100.000 penduduk yang meninggal dunia akibat dari prilaku kekerasan.
Kembali ketopik awal, tidak bijak rasanya jika seseorang menuduh dengan sembarangan satu pihak tanpa mempunyai bukti-bukti yang jelas. Apatah lagi kejadian ini bisa menimbulkan berbagai malapetaka baru. Karena bisa jadi kelompok yang dituduh tidak merasa nyaman dan justru melakukan perbuatan-perbuatan yang justru merugikan Amerika sendiri. Karen telah jelas bukti dilapangan, bahwa pihak yang bertanggung jawab belum bisa memastikan siapa pelaku dari pemboman di Boston itu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Obama, bahwa “kami masih belum tahu siapa yang melakukan ini dan mengapa, orang seharusnya tidak mennyimpulkan sebelum kami tahu semua faktanya”.
Bahkan taliban pakistan sendiri yang dianggap sebagai musuh yang paling keras melawan Amerika, Melalui jubirnya Ehsanullah Ehsan, seperti yang dikutip oleh Asiaone, menolak keterlibatan mereka dalam penyerangan itu. Jadi seperti kata Obama bahwa seharusnya orang lain tidak menyimpulkan sendiri siapa pelakunya, tanpa memiliki bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan. Karena tuduhan yang tidak dapat dibuktikan merupakan fitnah belaka. Dan fitnah merupakan pencemaran nama baik yang hukumannya diatur dalam peraturan-peraturan sebuah negara. Lebih baik seharusnya semua pihak saling menahan diri untuk tidak menuduh satu kelompok manapun dalam penyerangan ini, biarlah pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan dan mencari siapa pelakunya. Karena itu sudah menjadi tugas yang sudah diamanahkan masyarakat kepada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

beri masukan sobat, komentar anda merupakan motivasi bagi saya untuk lebih baik lagi.